Saya sudah menghimbau hal itu, namun tetap saja para pemuda senang melakukannya,
saya terus terang saja kurang suka, namun untuk kegembiraan maka hal itu diperbolehkan
oleh Rasul saw. Riwayat bahwa Rasul saw melihat orang – orang Afrika bermain di Masjid
Nabawiy, maka para sahabat marah, maka Rasul saw berkata : “Biarkan mereka, ini adalah
hari Ied” dan Rasul saw duduk menonton perbuatan mereka dengan senang. (Shahih
Bukhari).
Riwayat lain ketika Abubakar shiddiq ra marah melihat dua orang wanita menghibur Aisyah
ra dengan alat musik Mizmar dan syair, Abubakar ra berkata : “apakah alat musik syetan
dihadapan Rasulullah..?!!”, maka Rasul saw keluar dari dalam selimut karena sedari tadi
beliau berselubung selimut, seraya bersabda : “Biarkan mereka wahai Abubakar, ini adalah
Ied kita”, padahal hari itu bukan hari Iedul Adha atau Iedul fitri, tapi hari Mina (Shahih
Bukhari),
Maka jelaslah sudah segala bentuk kegembiraan, bahkan main di masjid yang jelas – jelas
adat Yahudi dan Nasrani, bahkan Rasul saw memperbolehkannya dimainkan di Masjid pula.
Dan bahkan Rasul saw menonton dan asyik tersenyum, menunjukkan selama kegembiraan
yang berkaitan dengan syiar Islam maka tak apa. Walau dimasa kini tidak selayaknya ada
acara gembira dengan bermain di masjid, itu terjadi dimasa awal islam. Namun jika hal hal
diluar masjid, selama tak bertentangan dengan syariah maka boleh saja bahkan diakui oleh
syariah kebolehannya, demikian pula saat acara pernikahan, acara haji, acara maulid dll. ini
dari segi hukum.
Namun dari segi pribadi saya, saya kurang suka, ribut.., dan baunya menusuk dada, apalagi
saya yang punya sakit asma, tapi saya tahan saja karena mereka sedang asyik begitu, kasihan
juga jika dikerasi dan dilarang, Namun tetap hati kecil saya kalau disuruh memilih maka
lebih baik yang lain lah, daripada petasan.
Dan ternyata saat kedatangan Guru Mulia kita Al Allamah Al Musnid Alhabib Umar bin
Hafidh, beliau disambut dengan kembang api, kita tahu bahwa beliau ini sudah mencapai
derajat Pakar hadits dan Mufassir.
Saya perhatikan apakah beliau cemberut dan marah atau bagaimana..?, karena jika mungkar
maka beliau tidak akan diam, karena saya adalah murid beliau, pasti akan ditegur, namun
ternyata beliau senyum cerah, bahkan sempat berdiri menonton sejenak sambil tersenyum
gembira melihat kembang api itu sebelum masuk ke masjid.
Saya pun tahu bahwa senyum beliau itu adalah ingin membuat para pemuda itu makin
senang, karena mereka berbuat itu demi menyambut beliau, namun jika disuruh memilih,
pastilah beliau pun memilih tak perlu pakai yang demikian itu. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.